Oleh: Cholifatur Rohmah
“Sahabat
itu seperti kedua mata kita berkedip, melihat dan memejam sama-sama”
Apakah
kalian percaya dengan kata-kata itu? Aku percaya! Namun tidak pada akhirnya.
Jika memang benar, seharusnya dia berada disini! Duduk disampingku dan
menikmati indahnya senja hari.
Duduk di tepi
pantai dengan senyuman yang selalu mengembang dan saling menggenggam tangan.
Warna jingga yang menerpa tubuh kami membuat bayangan yang begitu indah, kami
tetap diam tak peduli dengan orang-orang yang berlalu lalang di jalan raya itu
seakan ingin segera pulang bertemu dengan keluargadan melepas penat karena
seharian bekerja. Kami tak peduli, dan tetap duduk bersantai di tepi pantai
ini. Andai waktu dapat berhenti, aku ingin tetap seperti ini, tak akan
kubiarkan orang-orang di jalan raya itu pergi, tak akan kubiarkan matahari itu
terbenam atau bulan itu menggantikan tugasnya. Jika Tuhan benar-benar
mengabulkannya, aku adalah orang yang sangat beruntung di dunia ini, bagiku
hanya melihat matahari terbenam saja membuatku bahagia, seperti mengetahui
rahasia yang tidak semua orang tahu tentang indahnya langit senja ini.
Sebenarnya aku sedang berbohong. Bukan senja yang indah itu yang membuatku
bahagia, namun seseorang disampingku ini. Dia terlalu tenang atau sedang
memikirkan sesuatu? Aku tidak tahu. Diam-diam aku memperhatikannya, dia tetap
diam dengan senyum yang terus mengembang, rambutnya yang panjang dan lurus itu
ia biarkan tergerai diterpa angin laut yang beranjak dingin, dia begitu
menikmati ombak yang bergulung-gulung disana dan suara bising mesin kendaraan
di jalan raya itu.
Perlahan
senyumannya hilang dan menjadi sebuah kesedihan, aku bingung mengapa dia sedih?
Apa aku menyakitinya? Apa yang harus kulakukan? Semakin lama ia semakin sedih
bahkan air mata beningnya itu sudah membanjiri pipinya, ingin rasanya kuhapus
air mata itu. Tiba-tiba dia melepas genggaman kami dia berdiri dan tersenyum
sambil melihatku. Aku semakin bingung dibuatnya, aku benar-benar tak tahu apa
yang harus kulakukan, Tuhan tolong jangan biarkan dia pergi, aku mohon! Biarkan
dia tetap disini lebih lama, aku berjanji akan melindunginya, membalas semua
kebaikannya selama ini. Biarkan dia tetap disini. Perlahan-lahan dia berjalan
menjauh bersamaan dengan hilangnya warna jingga di langit. Air mataku sudah
jatuh beberapa kali, namun aku tetap tidak bisa menghentikannya, dia semakin
menjauh, seakan dimakan oleh matahari, aku tidak kuat ya Tuhan, hentikan semua
ini! Aku mohon! Aku sempat melihatnya tersenyum cerah kearahku sebelum aku menutup
mataku, aku benar-benar tidak kuat dengan semua ini jadi, kuputuskan untuk
menutup mata, aku ingin dia kembali setelah kubuka mataku.
Lama aku menutup
mata, kemudian aku memberanikan diri untuk membuka mataku. Aku terkejut! Aku
melihat diriku sendiri, sedang duduk menonton acara televisi, sendirian.
Anehnya aku tidak ingat kapan itu. Yang kutahu aku sedang berada dirumah
sekarang, aku lirik jam didinding, pukul 13.30 itu yang kulihat, bukankah aku
tadi dipantai bersama dia, lalu mengapa tiba-tiba aku berada disini? Aku
benar-benar bingung! Aku tak ingat apapun, aku mencoba mendakati diriku yang
sedang menonton televisi itu, anehnya aku tidak bisa menggapainya, ada apa ini?
Mengapa aku tidak bisa menyentuh diriku sendiri? Tiba-tiba seseorang datang ke rumahku.
Gadis tadi, gadis yang bersamaku di pantai tadi, aku bersyukur ternyata dia
tidak jadi pergi. Aku tersenyum kearahnya namun, sepertinya dia tidak melihatku
melainkan melihat kearah diriku yang sedang menonton televisi itu. Hei, apa dia
tidak bisa melihatku? Aku berdiri disampingnya, tapi dia tidak bisa melihatku,
aku juga tidak bisa menyentuhnya. Aku sedih, tapi seketika itu aku merasa
tenang karena sekarang dia sedang berbicara dengan diriku yang lain itu, aku
tersenyum ternyata kami memang benar-benar akrab, mungkin Tuhan ingin
memberitahuku betapa akrabnya kami jadi kami tidak boleh berpisah, mulai dari
kami kecil, tidak! bahkan mulai kami masih di dalam kandungan kami memang
ditakdirkan untuk selamnya bersama, tidak akan ada satu makhlukpun yang bisa
menghentikan kami atau memisahkan kami, tidak akan bisa.
Aku merasa tenang
sekarang, aku mendengarkan pembicaraan mereka, sesekali aku tersenyum melihat
tingkah kami, ternyata aku begitu polos sekali. Bahkan diriku itu menyuruh
gadis tadi berjanji untuk melihat pentas drama terakhirku di purna siswa minggu
depan, dan begitu lugunya gadis tadi, ia malah mengiyakan dan berjanji akan
melihat penampilan terakhirku di purna siswa, aku tertawa melihatnya. Namun
tiba-tiba rasanya seperti ada yang menghantam keras hatiku, sakit sekali aku
tidak bisa menahannya, air mataku kembali keluar, jantungku seakan berhenti
berdetak, seketika itu aku diam, aku ingat, ya! aku ingat! Benar-benar ingat!
Kejadian ini, aku pernah mengalaminya, itu adalah kejadian 5 tahun yang lalu.
Aku masih belum percaya ini adalah kejadian 5 tahun yang lalu. Kemudian aku
melihat ibuku berjalan menghampiri mereka yang masih tengah berbincang-bincang,
sepertinya ia habis sholat dhuhur. Aku lihat ibuku tersenyum melihat mereka,
tidak melihatku, aku ingin memeluknya tapi, aku yakin pasti tidak akan bisa.
Aku lihat gadis tadi menjawab pertanyaan ibuku bahwa, dia akan pergi menjenguk
kakaknya di Pondok Pesantren Sunan Drajat. Disinilah aku baru benar-benar
percaya bahwa ini adalah kejadian 5 tahun yang lalu, apa yang harus ku lakukan?
Aku tahu apa yang akan selanjutnya terjadi, apakah aku harus menghentikannya?
Aku bahkan tidak bisa menyentuh mereka, ya Tuhan, ijinkan aku menghentikan
gadis itu! Aku mohon! Aku ingin mengehentikannya! Jika memang Engkau membawaku
kembali ke waktu ini, maka pasti ada tujuannya, aku harus menghentikannya! Tapi
mengapa ini malah semakin menyakitkan? Rasanya sakit sekali, hatiku seperti
hancur! Aku tak berdaya, aku tidak bisa menghentikannya, sekarang aku
membiarkan gadis itu pergi meninggalkan rumahku, meninggalkan aku, diriku,dan
ibuku yang tak tahu apapun.
Bangunkan aku dari
mimpi ini ya Tuhan!!! Aku mohon!!! Aku tidak sanggup melihat ini, aku
benar-benar tidak sanggup! Aku menagis sekencang-kencangnya, walaupun demikian tak
ada satu makhlukpun yang dapat mendengar tangisanku saat ini. Aku ingin menutup
mataku lagi, namun kali ini aku ragu, apa yang akan terjadi jika aku membuka
mataku lagi? Apakah aku akan bangun dari mimpi buruk in? Atau aku harus melihat
kejadian 5 tahun yang lalu ini? Aku benar-benar tidak sanggup Tuhan, aku tidak
ingin melihatnya lagi. Tapi, aku percuma jika harus tetap diam disini, aku
harus melakukannya, ini hanya mimipi, mimpi yang pernah aku alami di kehidupan
nyata, apapun yang akan aku lihat selanjutnya, aku harus tetap bertahan dan
melanjutkannya.
Kembali kututup
mataku berharap aku akan bangun dan bisa memeluk ibuku, menciumnya dan tertawa
bersamanya lagi.
Dugaanku salah,
ternyata aku tak kunjung bangun. Aku bisa melihat sekarang, diriku yang lain
sedang memasang wajah kebingungan yang luar biasa sama seperti aku saat ini.
Diriku itu sedang menuangkan minum untuk ibuku, sedangkan ibuku matanya sembab
karena menagis berkali-kali dia menangis karena mendengar para tetangga bilang
kalau ibu dari gadis tadi meninggal karena kecelakaan saat akan kembali pulang
setelah menjenguk putranya di pondok pesantren. Hatiku miris, walaupun aku
pernah mengalami kejadian ini, tapi jika mengingatnya aku benar-benar tidak
kuat. Aku kembali menangis melihat pemandangan didepanku ini dan tidak bisa
melakukan apa-apa.
Kali lain sekarang
aku melihat diriku duduk lemas dengan wajah yang sangat begitu pucat, aku
melihatnya seperti bukan diriku sendiri yang biasa tertawa lepas, itu seperti
bukan diriku atau mungkin seperti itulah aku saat kejadian ini? Aku ingat saat
ini diriku berada bahwa kenyataan telah terbuka, bukan ibu gadis itu yang
meninggal melainkan gadis itulah yang meninggal.
Aku sudah
mengalaminya tapi mengapa aku menangis dan bersedih? Aku menangis karena aku tak
tahu harus melakukan apa? Aku melihat ibuku begitu khawatir dengan diriku itu,
ibu sangat tahu persahabatan kami, pasti sangat sakit rasanya melihat kenyataan
bahwa kami terpisahkan oleh kematian. Aku tahu apa yang selanjutnya terjadi,
tapi aku ingin Tuhan mengentikan mimpi buruk ini, karena selanjutnya aku pasti
sudah tak berdaya melihatnya, namun sepertinya Tuhan tak mendengarku, aku tetap
melihat kejadian selanjutnya.
Seketika itu ibuku
membawaku ke dokter terdekat, pastinya aku sudah bisa menebak apa yang dokter
itu katakan, karena aku sudah pernah melewati kejadian ini. Dokter mengatakan
diriku itu kaget, diriku itu tidak boleh pergi kemana-mana dan harus diam
dirumah, ia melarang diriku itu untuk melihat gadis tadi. Apakah aku menuruti
perkataan dokter itu? Tentu saja tidak, dokter itu hanya tahu kondisi fisik
diriku itu, tapi ia tak pernah tahu apa yang sebenarnya ada dalam hati diriku
saat itu. Sakit, sangat sakit hingga membuat kakiku lemas dibuatnya.
Aku masih mengikuti
diriku tadi, padahal aku sudah benar-benar tidak kuat jika harus diperlihatkan
kejadian selanjutnya ini. Aku benar-benar marah pada Tuhan karena tak kunjung
membiarkan aku bangun, tapi apa gunanya aku tetap harus melihat semua ini. Aku
berharap aku bisa bertahan jika melihat kejadian selanjutnya ini, tidak seperti
diriku yang sedang aku ikuti ini, ia begitu bingung tak tahu arah, berjalan
sempoyongan di jalan, aku tahu diriku itu sedang menuju rumah gadis tadi, aku
bisa menebak setelah ini aku akan tiba-tiba dikejutkan oleh sesuatu hingga
membuat pertahananku runtuh seketika. Ya, aku melihat ambulannya datang,
ambulan yang membawa tubuh gadis yang sudah tak bernyawa tadi, diriku yang aku
ikuti itu berlari dan memeluk ibuku erat yang sudah lebih dulu berada di rumah
gadis tadi. Pertahananku benar-benar runtuh, aku tak sanggup lagi melihat tubuh
pucat kaku itu dibawa masuk kerumahnya.
Aku melihatnya, aku
sudah melihatnya, aku benar-benar tak sanggup lagi. Bisakah kita berhenti
disini? Aku ingin bangun dari mimpi buruk ini, aku ingin kembali ke duniaku
yang sekarang, percuma jika aku masih disini tapi tak bisa menghentikan gadis
itu pergi. Dia tetap pergi, bukankah itu sudah ketetapan-Mu Tuhan? Aku tidak
akan bisa membawanya kembali, itu sudah ada di catatan-Mu, tidak akan bisa aku
hapus lagi.
Aku berhenti
melihat tubuh gadis tadi. Aku sudah tidak sanggup aku ingin kembali. Hatiku
remuk, aku rasa jantungku mulai berhenti berdetak, aku bahkan sampai lupa
bagaimana caranya untuk bernapas, aku benar-benar sudah tidak sanggup, biarkan
aku bangun. Aku menjerit sekuat tenaga supaya diriku tersadar kembali, namun
sepertinya aku harus melakukannya berulang kali, karena aku tak kunjung pergi
dari tempat ini.
Aku sempat melihat
wajahnya yang tersenyum terakhir kali sebelum aku benar-benar bangun dari mimpi
panjang ini. Napasku tersenggal-senggal keringat membanjiri tubuhku, aku sudah
bisa bernapas kembali, aku tersenyum kemudian, saat aku menyadari aku masih di
dalam kamarku. Aku mendengar diluar ibuku sudah memarahiku karena tak kunjung
bangun, namun aku senang mendengar dia marah, itu membuatku merasa kembali ke 5
tahun kemudian, aku tidak akan pernah melupakan kejadian 5 tahun lalu, aku
tidak akan melupakan kenangan dengan gadis itu, aku tidak akan pernah tahu
apakah dia benar-benar menepati janjinya untuk melihat penampilan terakhirku di
purna siswa kelas 6 MI dulu. Aku tidak tahu, tapi sekarang aku tahu bahwa
walaupun dia tidak berada disini, tapi dihati dan pikiranku dia masih bersarang
manis disana.
Sempat
kulihat tanggal di ponselku, aku tersenyum karena kejadian tadi benar-benar
hanya mimpi, mimpi buruk namun aku bahagia mengalaminya. Itu adalah mimpi buruk
favoritku. Sebenarnya, aku masih bertanya-tanya mengapa Tuhan memperlihatkanku
pada kejadian yang tentu itu sudah aku alami, apa arti semua ini? Apa dia
sekarang baik-baik saja di pangkuan-Mu Tuhan? Atau dia sudah punya teman lain
disana? Aku harap aku bertemu dengan gadis itu. Rafa’ namamu sudah tersimpan
rapi di memori otakku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar