Senin, 26 Januari 2015

The Name I Loved

            


The name I loved


 Tuban, 11 Mei 2012             


Hari-hariku selalu sendiri….aku habiskan hari-hari ini dengan penuh khayalan,aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan…..tidak ada lagi teman, bermain, bahkan belajar bersama. Orang-orang yang aku cintai, mereka pergi satu persatu.
            Jika aku mengingat masa kecilku, aku akan mengatakan “aku adalah anak yang paling bahagia didunia ini” aku tidak mengenal sedih, bahkan aku jarang sekali menangis, walaupun ibu selalu memarahiku, tapi aku selalu tersenyum jika mengingat masa-masa itu.
            Sangat bertolak belakang dengan sekarang. Jika aku mengingat masa kemarin ataupun hari ini, aku bisa menangis bahkan lebih parah dari itu…..
            Aku tidak ingin lagi bersedih, menyesal itu adalah hal yang paling aku benci! Apa aku harus bisa menyesuaikannya? Aku tidak bisa!
            Cukup 3 orang yang aku cintai Engkau ambil, aku tidak ingin kehilangan mereka…. Mereka tidak bisa digantikan oleh orang lain. Mereka adalah hidupku, tempat aku menuangkan cerita, tempat dimana aku bisa tertawa, tempat dimana aku diberi kasih sayang….
            Pertama Engkau mengambil nenekku…orang yang sangat menyayangiku, memperdulikanku, tempat dimana aku menyandarkan diriku. Lambat laun aku bisa mengikhlaskannya. Aku ikhlas…..
            Tapi kenapa Engkau mengambil orang yang paling dekat denganku? Aku tidak bisa tertawa lagi…tawaku yang begitu penuh arti kasih sayang sudah lama tak bisa aku rasakan….bahkan sampai sekarangpun aku tidak bisa melupakannya. Aku masih ingat semua tentang dia, aku menyayanginya ya Allah…….. kenapa Engkau mengambilnya? Tidak ada lagi tawanya, candanya, cerita-cerita yang saling kami tuangkan. Tidak ada… aku selalu merasa dia masih hidup, tapi aku tidak tahu dimana? Aku selalu merasa dia bermain denganku, menemaniku tidur, ikut tertawa saat aku tertawa. …dimana dia ya Allah???
            Andai aku bisa memutar waktu… agar aku bisa menghentikannya  saat pergi, atau hanya sekedar memberi pelukan hangat untuk terakhir kalinya. Namun aku tidak tahu kalau itu adalah sebuah pamitan untukku, aku bodoh sekali, aku masih bisanya tersenyum kepadanya, seharusnya aku menghentikannya!, aku ingin bertemu dengannya lagi! Aku mohon ya Allah…………..
            Orang yang selalu menasehatiku, memberi ilmunya kepadaku, menyayangiku seperti anakknya, orang paling sabar yang pernah aku kenal, orang yang paling mulia dalam hidupku, orang yang selalu memotivasiku, orang yang selalu menyuruhku berfikir positif. Engkau ambil……… apa salahku? Dosa apa yang pernah aku lakukan? Aku menyanginya……. Sekarang tidak ada lagi orang yang bisa memberiku semangat dalam hidup, tidak ada yang bisa menasehatiku sesabar dia. Ini adalah penyesalan terbesarku, aku tidak bisa melihatnya menghembuskan nafas terakhirnya, bahkan hanya sekedar melihatnya untuk terakhir kalinya.
Mengapa Engkau memberikan penyakit seganas itu menggerogoti hatinya yang paling lembut???
            Mengapa bukan aku saja? Hatiku tidak sebaik dia? Apa tidak bisa menggantikannya? Dia terlalu baik untuk pergi……masih banyak yang ingin aku lakukan bersamanya…
           
            Ya Allah, apa Engkau membenciku? Aku ingin bersama mereka, aku mohon ya Allah……….! Aku tidak ingin ada lagi yang pergi, aku tidak ingin sahabat sebatang karaku pergi, aku tidak ingin orang tuaku pergi, aku tidak ingin kakekku semata wayang pergi, aku tidak ingin kakak-kakaku yang aku sayangi pergi, aku tidak ingin semua orang yang paling aku sayang pergi. Cukup 3 ya Allah……… jangan mereka lagi, aku sudah tidak tahan dengan penderitaan ini. Jika Engkau ingin mengambil mereka, ambillah saja aku! Mereka terlalu baik untuk pergi. Aku menyayangi mereka melebihi diriku sendiri.
           
Kata-kata apalagi yang bisa aku utarakan ya Allah??? Aku tidak ingin membuat penyesalan lagi, aku ingin melihat orang tuaku tersenyum melihatku, memelukku dengan penuh kasih sayang, aku tidak ingin mengecewakan mereka. Aku ingin membahagiakan mereka, aku ingin mereka bangga atas keberhasilanku.
            Mudahkanlah hambamu kali ini ya Allah…. Karena ini adalah cerminku menuju masa depan… aku akan berusaha setelah ini, aku tidak ingin membanggakan diri, aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu.

Saat aku melihat orang yang sukses, kata-kata yang ada dalam fikiranku adalah “aku ingin menjadi dia, aku ingin lebih dari dia” tapi mengapa begitu berat “semua perjuangan itu butuh pengorbanan” kata-kata itu yang selalu membuat pertanyaan besar dalam fikiranku, apa aku sudah melakukan pengorbanan itu? Ataukah pengorbanan itu kurang?


Apapun itu aku ingin merubahnya mulai sekarang, aku ingin membahagiakan mereka, aku ingin melihat mereka tersenyum kepadaku, walaupun sebagian aku tidak bisa melihatnya, tapi aku yakin mereka tersenyum kearahku……….. aku pasti bisa!!!! Itu pasti!!! 

Jumat, 23 Januari 2015

Remember

             

Oleh: Cholifatur Rohmah

“Sahabat itu seperti kedua mata kita berkedip, melihat dan memejam sama-sama”
                Apakah kalian percaya dengan kata-kata itu? Aku percaya! Namun tidak pada akhirnya. Jika memang benar, seharusnya dia berada disini! Duduk disampingku dan menikmati indahnya senja hari.
Duduk di tepi pantai dengan senyuman yang selalu mengembang dan saling menggenggam tangan. Warna jingga yang menerpa tubuh kami membuat bayangan yang begitu indah, kami tetap diam tak peduli dengan orang-orang yang berlalu lalang di jalan raya itu seakan ingin segera pulang bertemu dengan keluargadan melepas penat karena seharian bekerja. Kami tak peduli, dan tetap duduk bersantai di tepi pantai ini. Andai waktu dapat berhenti, aku ingin tetap seperti ini, tak akan kubiarkan orang-orang di jalan raya itu pergi, tak akan kubiarkan matahari itu terbenam atau bulan itu menggantikan tugasnya. Jika Tuhan benar-benar mengabulkannya, aku adalah orang yang sangat beruntung di dunia ini, bagiku hanya melihat matahari terbenam saja membuatku bahagia, seperti mengetahui rahasia yang tidak semua orang tahu tentang indahnya langit senja ini. Sebenarnya aku sedang berbohong. Bukan senja yang indah itu yang membuatku bahagia, namun seseorang disampingku ini. Dia terlalu tenang atau sedang memikirkan sesuatu? Aku tidak tahu. Diam-diam aku memperhatikannya, dia tetap diam dengan senyum yang terus mengembang, rambutnya yang panjang dan lurus itu ia biarkan tergerai diterpa angin laut yang beranjak dingin, dia begitu menikmati ombak yang bergulung-gulung disana dan suara bising mesin kendaraan di jalan raya itu.
Perlahan senyumannya hilang dan menjadi sebuah kesedihan, aku bingung mengapa dia sedih? Apa aku menyakitinya? Apa yang harus kulakukan? Semakin lama ia semakin sedih bahkan air mata beningnya itu sudah membanjiri pipinya, ingin rasanya kuhapus air mata itu. Tiba-tiba dia melepas genggaman kami dia berdiri dan tersenyum sambil melihatku. Aku semakin bingung dibuatnya, aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan, Tuhan tolong jangan biarkan dia pergi, aku mohon! Biarkan dia tetap disini lebih lama, aku berjanji akan melindunginya, membalas semua kebaikannya selama ini. Biarkan dia tetap disini. Perlahan-lahan dia berjalan menjauh bersamaan dengan hilangnya warna jingga di langit. Air mataku sudah jatuh beberapa kali, namun aku tetap tidak bisa menghentikannya, dia semakin menjauh, seakan dimakan oleh matahari, aku tidak kuat ya Tuhan, hentikan semua ini! Aku mohon! Aku sempat melihatnya tersenyum cerah kearahku sebelum aku menutup mataku, aku benar-benar tidak kuat dengan semua ini jadi, kuputuskan untuk menutup mata, aku ingin dia kembali setelah kubuka mataku.
Lama aku menutup mata, kemudian aku memberanikan diri untuk membuka mataku. Aku terkejut! Aku melihat diriku sendiri, sedang duduk menonton acara televisi, sendirian. Anehnya aku tidak ingat kapan itu. Yang kutahu aku sedang berada dirumah sekarang, aku lirik jam didinding, pukul 13.30 itu yang kulihat, bukankah aku tadi dipantai bersama dia, lalu mengapa tiba-tiba aku berada disini? Aku benar-benar bingung! Aku tak ingat apapun, aku mencoba mendakati diriku yang sedang menonton televisi itu, anehnya aku tidak bisa menggapainya, ada apa ini? Mengapa aku tidak bisa menyentuh diriku sendiri? Tiba-tiba seseorang datang ke rumahku. Gadis tadi, gadis yang bersamaku di pantai tadi, aku bersyukur ternyata dia tidak jadi pergi. Aku tersenyum kearahnya namun, sepertinya dia tidak melihatku melainkan melihat kearah diriku yang sedang menonton televisi itu. Hei, apa dia tidak bisa melihatku? Aku berdiri disampingnya, tapi dia tidak bisa melihatku, aku juga tidak bisa menyentuhnya. Aku sedih, tapi seketika itu aku merasa tenang karena sekarang dia sedang berbicara dengan diriku yang lain itu, aku tersenyum ternyata kami memang benar-benar akrab, mungkin Tuhan ingin memberitahuku betapa akrabnya kami jadi kami tidak boleh berpisah, mulai dari kami kecil, tidak! bahkan mulai kami masih di dalam kandungan kami memang ditakdirkan untuk selamnya bersama, tidak akan ada satu makhlukpun yang bisa menghentikan kami atau memisahkan kami, tidak akan bisa.
Aku merasa tenang sekarang, aku mendengarkan pembicaraan mereka, sesekali aku tersenyum melihat tingkah kami, ternyata aku begitu polos sekali. Bahkan diriku itu menyuruh gadis tadi berjanji untuk melihat pentas drama terakhirku di purna siswa minggu depan, dan begitu lugunya gadis tadi, ia malah mengiyakan dan berjanji akan melihat penampilan terakhirku di purna siswa, aku tertawa melihatnya. Namun tiba-tiba rasanya seperti ada yang menghantam keras hatiku, sakit sekali aku tidak bisa menahannya, air mataku kembali keluar, jantungku seakan berhenti berdetak, seketika itu aku diam, aku ingat, ya! aku ingat! Benar-benar ingat! Kejadian ini, aku pernah mengalaminya, itu adalah kejadian 5 tahun yang lalu. Aku masih belum percaya ini adalah kejadian 5 tahun yang lalu. Kemudian aku melihat ibuku berjalan menghampiri mereka yang masih tengah berbincang-bincang, sepertinya ia habis sholat dhuhur. Aku lihat ibuku tersenyum melihat mereka, tidak melihatku, aku ingin memeluknya tapi, aku yakin pasti tidak akan bisa. Aku lihat gadis tadi menjawab pertanyaan ibuku bahwa, dia akan pergi menjenguk kakaknya di Pondok Pesantren Sunan Drajat. Disinilah aku baru benar-benar percaya bahwa ini adalah kejadian 5 tahun yang lalu, apa yang harus ku lakukan? Aku tahu apa yang akan selanjutnya terjadi, apakah aku harus menghentikannya? Aku bahkan tidak bisa menyentuh mereka, ya Tuhan, ijinkan aku menghentikan gadis itu! Aku mohon! Aku ingin mengehentikannya! Jika memang Engkau membawaku kembali ke waktu ini, maka pasti ada tujuannya, aku harus menghentikannya! Tapi mengapa ini malah semakin menyakitkan? Rasanya sakit sekali, hatiku seperti hancur! Aku tak berdaya, aku tidak bisa menghentikannya, sekarang aku membiarkan gadis itu pergi meninggalkan rumahku, meninggalkan aku, diriku,dan ibuku yang tak tahu apapun.
Bangunkan aku dari mimpi ini ya Tuhan!!! Aku mohon!!! Aku tidak sanggup melihat ini, aku benar-benar tidak sanggup! Aku menagis sekencang-kencangnya, walaupun demikian tak ada satu makhlukpun yang dapat mendengar tangisanku saat ini. Aku ingin menutup mataku lagi, namun kali ini aku ragu, apa yang akan terjadi jika aku membuka mataku lagi? Apakah aku akan bangun dari mimpi buruk in? Atau aku harus melihat kejadian 5 tahun yang lalu ini? Aku benar-benar tidak sanggup Tuhan, aku tidak ingin melihatnya lagi. Tapi, aku percuma jika harus tetap diam disini, aku harus melakukannya, ini hanya mimipi, mimpi yang pernah aku alami di kehidupan nyata, apapun yang akan aku lihat selanjutnya, aku harus tetap bertahan dan melanjutkannya.
Kembali kututup mataku berharap aku akan bangun dan bisa memeluk ibuku, menciumnya dan tertawa bersamanya lagi.
Dugaanku salah, ternyata aku tak kunjung bangun. Aku bisa melihat sekarang, diriku yang lain sedang memasang wajah kebingungan yang luar biasa sama seperti aku saat ini. Diriku itu sedang menuangkan minum untuk ibuku, sedangkan ibuku matanya sembab karena menagis berkali-kali dia menangis karena mendengar para tetangga bilang kalau ibu dari gadis tadi meninggal karena kecelakaan saat akan kembali pulang setelah menjenguk putranya di pondok pesantren. Hatiku miris, walaupun aku pernah mengalami kejadian ini, tapi jika mengingatnya aku benar-benar tidak kuat. Aku kembali menangis melihat pemandangan didepanku ini dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Kali lain sekarang aku melihat diriku duduk lemas dengan wajah yang sangat begitu pucat, aku melihatnya seperti bukan diriku sendiri yang biasa tertawa lepas, itu seperti bukan diriku atau mungkin seperti itulah aku saat kejadian ini? Aku ingat saat ini diriku berada bahwa kenyataan telah terbuka, bukan ibu gadis itu yang meninggal melainkan gadis itulah yang meninggal.
Aku sudah mengalaminya tapi mengapa aku menangis dan bersedih? Aku menangis karena aku tak tahu harus melakukan apa? Aku melihat ibuku begitu khawatir dengan diriku itu, ibu sangat tahu persahabatan kami, pasti sangat sakit rasanya melihat kenyataan bahwa kami terpisahkan oleh kematian. Aku tahu apa yang selanjutnya terjadi, tapi aku ingin Tuhan mengentikan mimpi buruk ini, karena selanjutnya aku pasti sudah tak berdaya melihatnya, namun sepertinya Tuhan tak mendengarku, aku tetap melihat kejadian selanjutnya.
Seketika itu ibuku membawaku ke dokter terdekat, pastinya aku sudah bisa menebak apa yang dokter itu katakan, karena aku sudah pernah melewati kejadian ini. Dokter mengatakan diriku itu kaget, diriku itu tidak boleh pergi kemana-mana dan harus diam dirumah, ia melarang diriku itu untuk melihat gadis tadi. Apakah aku menuruti perkataan dokter itu? Tentu saja tidak, dokter itu hanya tahu kondisi fisik diriku itu, tapi ia tak pernah tahu apa yang sebenarnya ada dalam hati diriku saat itu. Sakit, sangat sakit hingga membuat kakiku lemas dibuatnya.
Aku masih mengikuti diriku tadi, padahal aku sudah benar-benar tidak kuat jika harus diperlihatkan kejadian selanjutnya ini. Aku benar-benar marah pada Tuhan karena tak kunjung membiarkan aku bangun, tapi apa gunanya aku tetap harus melihat semua ini. Aku berharap aku bisa bertahan jika melihat kejadian selanjutnya ini, tidak seperti diriku yang sedang aku ikuti ini, ia begitu bingung tak tahu arah, berjalan sempoyongan di jalan, aku tahu diriku itu sedang menuju rumah gadis tadi, aku bisa menebak setelah ini aku akan tiba-tiba dikejutkan oleh sesuatu hingga membuat pertahananku runtuh seketika. Ya, aku melihat ambulannya datang, ambulan yang membawa tubuh gadis yang sudah tak bernyawa tadi, diriku yang aku ikuti itu berlari dan memeluk ibuku erat yang sudah lebih dulu berada di rumah gadis tadi. Pertahananku benar-benar runtuh, aku tak sanggup lagi melihat tubuh pucat kaku itu dibawa masuk kerumahnya.
Aku melihatnya, aku sudah melihatnya, aku benar-benar tak sanggup lagi. Bisakah kita berhenti disini? Aku ingin bangun dari mimpi buruk ini, aku ingin kembali ke duniaku yang sekarang, percuma jika aku masih disini tapi tak bisa menghentikan gadis itu pergi. Dia tetap pergi, bukankah itu sudah ketetapan-Mu Tuhan? Aku tidak akan bisa membawanya kembali, itu sudah ada di catatan-Mu, tidak akan bisa aku hapus lagi.
Aku berhenti melihat tubuh gadis tadi. Aku sudah tidak sanggup aku ingin kembali. Hatiku remuk, aku rasa jantungku mulai berhenti berdetak, aku bahkan sampai lupa bagaimana caranya untuk bernapas, aku benar-benar sudah tidak sanggup, biarkan aku bangun. Aku menjerit sekuat tenaga supaya diriku tersadar kembali, namun sepertinya aku harus melakukannya berulang kali, karena aku tak kunjung pergi dari tempat ini.
Aku sempat melihat wajahnya yang tersenyum terakhir kali sebelum aku benar-benar bangun dari mimpi panjang ini. Napasku tersenggal-senggal keringat membanjiri tubuhku, aku sudah bisa bernapas kembali, aku tersenyum kemudian, saat aku menyadari aku masih di dalam kamarku. Aku mendengar diluar ibuku sudah memarahiku karena tak kunjung bangun, namun aku senang mendengar dia marah, itu membuatku merasa kembali ke 5 tahun kemudian, aku tidak akan pernah melupakan kejadian 5 tahun lalu, aku tidak akan melupakan kenangan dengan gadis itu, aku tidak akan pernah tahu apakah dia benar-benar menepati janjinya untuk melihat penampilan terakhirku di purna siswa kelas 6 MI dulu. Aku tidak tahu, tapi sekarang aku tahu bahwa walaupun dia tidak berada disini, tapi dihati dan pikiranku dia masih bersarang manis disana.
                Sempat kulihat tanggal di ponselku, aku tersenyum karena kejadian tadi benar-benar hanya mimpi, mimpi buruk namun aku bahagia mengalaminya. Itu adalah mimpi buruk favoritku. Sebenarnya, aku masih bertanya-tanya mengapa Tuhan memperlihatkanku pada kejadian yang tentu itu sudah aku alami, apa arti semua ini? Apa dia sekarang baik-baik saja di pangkuan-Mu Tuhan? Atau dia sudah punya teman lain disana? Aku harap aku bertemu dengan gadis itu. Rafa’ namamu sudah tersimpan rapi di memori otakku.